Sebuah headline koran ibukota memberikan sebuah desa di Lombok, masyarakatnya terkena busung lapar. Sementara puluhan anak-anak terancam wabah polio. Itu sebagian kecil data yang terekam media massa. Masih banyak anak-anak putus sekolah dan warga kebingungan karena tidak tahu apakah esok masih bertahan dengan harga-harga membumbung tinggi, sementara pekerjaan pun sulit didapatkan. Tidak kalah pedihnya, sebagian saudara-saudara kita menanggung luka karena bom meledak di Poso, Sulawesi. K'lo dipikir-pikir, tidak ada orang yangbisa menebak kapan kita dapat bencana. So, bersiaga saja sebelum sesuatunya terjadi.
Siapa pun tidak berharap, dapat luka dan bencana. Namun, siaga sebelum sesuatunya terlambat, perlu. Buat saudara-saudara kita di luar sana, tidak banyak yang bisa kita lakukan. Mungkin skala kecil lewat bantuan dana di berbagai pos yang tersedia. Langkah kedua, kita pun bisa membantu orang-orang di sekitar kita yang paling dekat dengan kita. Apakah kita pernah berpikir, berbuat sesuatu buat teman-teman yang putus sekolah dan harus tumbuh di jalanan?
Kita peduli, kita tidak bisa menutup mata begitu saja. Lakukan apapun seikhlas dan semampunya. Ngga' perlu maksain diri. Jika ada cinta dan kasih sayang, pasti kita akan lebih mudah membantu sesama. Jangan lupa diri, itu yang utama. Saat ini kita masih bisa duduk enak, memilih menu makan malam ini, tapi sebagian besar di luar sana kelaparan. Syukuridan tidak perlu mengadu, cengeng, hanya untuk fasilitas dan materi yang sebenarnya udah kita punya.